Selasa, 18 Mei 2010

Entrepreneur Tak Dilahirkan

KEWIRAUSAHAAN atau kemampuan seseorang dalam membangun usaha yang berkesinambungan adalah sebuah skill yang tidak muncul begitu saja.

Kemampuan itu terbangun melalui proses pelatihan yang bertahap dan memerlukan waktu. Di sinilah letak persamaan antara seorang entrepreneur dan seorang leader.

Keduanya muncul bukan lantaran takdir yang menentukan mereka demikian. Baik leadership maupun enterpreneuship bukanlah gift atau berkah dari Tuhan yang diturunkan ke beberapa orang terpilih saja. Tetapi keduanya adalah kemampuan yang bisa diperoleh dan dikuasai oleh siapa saja, dalam latar belakang keluarga siapa saja dan dalam era kehidupan apapun.

Hingga kini, keduanya tidak dibangun dengan program terarah dan terukur. Leadership dan entrepreneurship masih dianggap sebagai softskill atau kemampuan tambahan yang tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan formal.

Sehingga kita memahami dengan pasti bahwa setiap pemimpin dan pengusaha sukses yang muncul saat ini semata merupakan buah tempaan kondisi lingkungan, atau meminjam istilah Om Bob Sadino, yakni sebagai tempaan kebijaksanaan jalanan,atau street wise. Seorang leader menempa kemampuan leadership-nya melalui beragam kegiatan organisasi yang dijalankan di luar aktivitas belajar.

Organisasi, jika diibaratkan sebagai media pembenihan, merupakan tanah yang subur untuk mendukung iklim pertumbuhan benih pemimpin. Dari lingkungan organisasi inilah seorang pemimpin mengasah kemampuannya berbicara di depan publik. Dari interaksi sosial dan beragam acara yang dijalankan inilah seorang pemimpin menemukan sendiri gaya memimpin yang ia sukai.

Organisasi adalah media street wise-nya tempat belajarpara pemimpin. Sama halnya dengan pemimpin, entrepreneur juga tidak dilahirkan. Tidak pula kita temui ada materi kurikulum tentang kemampuan wirausaha dalam kurikulum pendidikan formal kita. Jika pemimpin ditempa oleh kebijaksanaan lingkungan organisasinya, maka seorang Entrepreneur ditempa secara praktis oleh lingkungan dan kegiatan usaha yang dia lakukan.

Jika para pemimpin dilatih untuk meyakinkan orang lain agar mengikuti program yang ia jalankan dalam organisasi yang ia pimpin, maka seorang entrepreneur pun demikian. Seorang entrepreneur pun dilatih untuk meyakinkan orang lain agar mau membeli jasa ataupun produk yang ia tawarkan.Pasar adalah tempat seorang wirausahawan ditempa oleh street wise.

Ke depan, Indonesia jelas harus memiliki program pembangunan generasi baru wirausaha terutama di kalangan pemuda. Pada Intinya pembangunan jiwa kewirausahaan tidaklah bisa ditempuh dengan satu dua kali program pelatihan kilat.Ia membutuhkan proses dan tahapan pendalaman hingga tataran praktis.Integrasi kurikulum wirausaha ke dalam sistem pendidikan Indonesia bisa menjadi suatu pilihan solusi yang efektif bagi pengembangan dunia usaha Indonesia.

Dengan kurikulum ini, diharapkan lahirlah generasi yang ketika lulus kuliah, mereka tidak sibuk mengantri berdesak- desarkan mencari pekerjaan. Tetapi ketika lulus masing-masing dari mereka sibuk menciptakan lapangan kerja baru dengan berwirausaha. (*)

Gugum Ridho Putra
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar